Beberapa dekade terakhir, kita telah melihat penurunan dramatis dalam doktrin dan khotbah berdasarkan Alkitab.
Selain itu, seluruh gereja-gereja dan gerakan telah berorientasi diri untuk pemahaman yang menyimpang dari Injil dengan mengemban sebuah "HYPERGRACE" (Saya diberitahu bahkan ada sebuah stasiun televisi baru yang ditujukan untuk pandangan ini dari "kasih karunia"). Ini sejenis OSAS.
Selain itu, banyak gereja dan pengkhotbah menolak untuk mengambil sikap terhadap dosa dan jarang atau bahkan tidak pernah menyebutkan perlunya pertobatan atau topik seperti neraka dan penghakiman. Banyak dari gereja-gereja yang sama memungkinkan orang untuk melayani di musik, sebagai pemimpin kelompok kecil dan bahkan sebagai pelayanan tanpa punya pertanggungjawaban pribadi, di satu sisi mereka melayani, disisi lain mereka melakukan pelecehan atau penyimpangan seksual dan bahkan secara teratur terlibat dalam mabuk-mabukan !
Ini bukan hal yang baru. Selama berabad-abad tubuh Kristus telah bergumul dengan sesuatu yang disebut antinomianisme (anti berarti "melawan"; nomos berarti "hukum"). Ini adalah keyakinan bahwa hukum moral Perjanjian Lama telah dilakukan lagi lebih jauh, dan mereka percaya bahwa sekali kita di dalam Kristus, selalu ada kasih karunia di mana kita hampir dapat hidup dengan cara apapun yang kita inginkan karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia .
Jadi, menurut pandangan ini, Perjanjian Lama ini tidak lagi penting untuk dibaca dan itu hanya sebagai metafora jenis dan simbol mengenai kedatangan Kristus. Menurut mereka Perjanjian Baru adalah semua tentang kasih karunia dan tidak jauh dengan Hukum Perjanjian Lama !
INI SALAH DAN SESAT !!!
Tentu saja, rasul Paulus memperingatkan terhadap hal semacam ini di Roma 6: 1-2 ketika ia secara retoris bertanya, apakah boleh kita terus berada dalam dosa, karena rahmat Tuhan berlimpah?
Jawabannya: Tuhan melarang ! Bagaimana kita yang sudah mati bagi dosa, masih dapat hidup lagi di dalam dosa dan senantiasa melakukan dosa itu ?
Yudas 1:3 (TB) Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.
Orang-orang fasik di antara mereka yang menolak kasih karunia Allah kita untuk lisensi untuk berbuat dosa. Terbukti ini bebas tenggang pengkhotbah yang memutar Kitab Suci dengan mengajarkan bahwa "kita tidak lagi di bawah hukum Taurat" berarti "kita tidak lagi memiliki kewajiban untuk mematuhi hukum moral Allah sekali kita diselamatkan."
Ini terlepas dari masing-masing Sepuluh Perintah Allah yang langsung dikutip atau diajarkan secara tidak langsung dalam Perjanjian Baru. Contoh kutipan yang tepat adalah Efesus 6: 1-3, yang mengutip perintah kelima; Yakobus 2:11, yang mengutip perintah keenam dan ketujuh (tentang pembunuhan dan perzinahan) dan mengatakan dalam ayat 12 bahwa orang percaya akan dinilai sesuai dengan "hukum" kebebasan; dan Roma 7: 7, di mana Paulus mengutip perintah-10 mengenai tidak mengingini. Paulus juga mengatakan bahwa kita menghina Allah ketika kita tidak mematuhi (moral) hukum (Roma 2:23).
Ketaatan kepada Sepuluh Perintah (hukum moral) juga diajarkan secara tidak langsung, seperti dalam 1 Yohanes 5:21, yang memerintahkan orang percaya untuk menjauh dari berhala-berhala (dari perintah kedua, mengenai tidak membuat patung pahatan untuk ibadah); dan ketika Yesus berkata bahwa perintah terbesar dalam Hukum adalah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan jiwa (Mat 22:37-38), yang sesuai dengan perintah pertama tentang tidak memiliki allah lain di hadapan-Nya.
Paulus menjelaskan dalam :
Roma 7:12 (TB) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.
Roma 8:4 (TB) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Allah menggunakan hukum moral sebagai standar kebenaran yang menilai kita dari dosa. Dengan demikian, hukum tersebut tidak menyelamatkan kita, tetapi menguduskan kita ketika kita berserah pada kuasa Roh Kudus yang diam di dalam kita, karena melalui itu kita memiliki pengetahuan dosa (Rom. 3:20).
Berikut ini adalah tanda-tanda dari gereja hypergrace:
1. Pengkhotbah tidak pernah berbicara menentang dosa.
Jika Anda berada di sebuah gereja seperti ini, Anda akan melihat bahwa kata 'dosa' biasanya hanya disebutkan dalam konteks pengampunan dosa di dalam Kristus, tetapi hampir tidak pernah dalam konteks mengambil sikap terhadap dosa, kecuali tentu saja ketika mereka mengutuk dosa dari "legalis" dan "orang-orang Farisi" yang merupakan pelayanan mereka yang menghakimi untuk berkhotbah melawan dosa.
2. Gembalanya tidak pernah berdiri tegas atas sikap Kebenaran.
Ketika isu-isu seperti aborsi datang, pendeta ini akan menghindar dari menyebutkan hal itu karena mereka takut menyinggung orang-orang baru. Kita sebagai pelayan Kristus diwajibkan untuk setidaknya menyebutkan posisi kita secara terbuka sehingga kita menggunakannya sebagai momen pembelajaran bagi domba-dombanya mengikuti kita. Bukan menutup-nutupi dosa tersebut dan tidak berani mengucapkan kebenaran. Saat mereka tidak mengatakan apa-apa tentang masalah seperti aborsi berarti mereka memperbolehkan hal itu dan para jemaatnya juga tidak tahu bahwa itu salah !
3. Kitab Perjanjian Lama hampir benar-benar diabaikan.
Di gereja ini, Perjanjian Lama diperlakukan hanya sebagai jenis dan bayangan untuk ilustrasi khotbah tetapi tidak memiliki nilai nyata mengenai standar hidup kita saat ini. Seperti yang saya tampilkan dalam artikel ini, posisi saya adalah bahwa Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama secara organik terhubung, dengan bangunan baru pada Lama, bukan memberantasnya sama sekali tapi melengkapi dan saling menguatkan !
4. Orang yang hidupnya bermoral kacau diizinkan untuk mengajar dan memimpin pelayanan atau gereja.
Salah satu pendeta itu mengatakan bahwa percabulan dan kemabukan merajalela di banyak gereja penginjilan bahkan di antara para pemimpin kelompok kecil dan para pemimpin lainnya di gereja-gereja lokal ! Hal ini terjadi !
5. Gembalanya sering berbicara mengenai hal-hal yang melawan Gereja yang institusional atau gereja lama yang ada.
Banyak pendeta hypergrace terus mengecam gereja yang konservatif dalam nilai-nilai mereka karena mereka percaya gereja yang mewakili "sekolah tua" yang tidak lagi relevan dengan budaya saat ini.
6. Gembala ini berkhotbah yang melawan persepuluhan.
Meskipun saya percaya persepuluhan terbawa ke dalam Perjanjian Baru, saya percaya itu lebih dari prinsip Alkitab yang mendahului Hukum Musa (Abraham, Ishak dan Yakub semua memberikan perpuluhan sebelum Musa memberi hukum), diajarkan oleh Yesus (Mat. 23) dan disebutkan dalam ayat-ayat lain, seperti Ibrani 7.
Pendeta ini mengecam persepuluhan sebagai hukum yang sudah dilakukan jaman dulu oleh Kristus.
7. Gembala atau Pemimpin rohani mereka hanya berkhotbah tentang pesan motivasi positif atau 'Motivation' saja.
Mereka yang menghadiri gereja hypergrace hanya mendengar pesan-pesan positif tentang bagaimana hidup sehat, miliki kekayaan, kemakmuran, kasih Allah, pengampunan Allah dan bagaimana untuk berhasil dalam hidup. Meskipun saya setuju akan hal-hal tersebut dan kadang-kadang mengajarkan tentang topik-topik ini, tapi kita harus berhati-hati untuk memasukkan ke dalam khotbah kita. Bukan hanya hal-hal itu saja tapi juga harus diimbangi dengan PERTOBATAN - REPENTANCE, KEKUDUSAN - HOLINESS.
Kisah Para Rasul 20:11, 26-27 (TB) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.
Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa.
Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.
8. Anggota pengerja penting dalam gereja masih secara teratur menjalani kehidupan yang penuh dosa dengan tanpa rasa berdosa.
Mereka yang menghadiri sebuah gereja hypergrace kemungkinan besar akan menemukan bahwa, karena 'penekanan kuat pada kasih karunia' - tanpa mengajar terhadap dosa atau pertobatan, penghakiman atau neraka-ada suasana hidup yang santai penuh kasih karunia tanpa ada rasa takit akan Tuhan, dengan banyak terlibat dalam percabulan dan kemabukan serta berbagai kejahatan fisik lainnya.
Alasan untuk ini adalah "hukum adalah penuntun kita yang menuntun kita kepada Kristus" (Gal 3:24) karena melalui (moral) hukum Taurat, orang mengenal dosa (Rom 3:20). Jika hukum moral dari Sepuluh Perintah Allah tidak diberitakan atau tidak disinggung, maka dalam ketidaktahuan, masyarakat akan hidup bodoh dan akan menjadi seperti orang buta menuntun orang buta.
Kesimpulannya : HATI-HATI SAAT INI PENYESATAN SEDANG BERLANGSUNG DIMANA-MANA. BAIK MELALUI PENGAJARAN YANG ENAK DIDENGAR, HANYA BERKAT-BERKAT SAJA... BAGAIMANA MENJADI KAYA, SEHAT, DIBERKATI... WALAUPUN ITU TIDAK SALAH, TAPI HARUS BERIMBANG DENGAN PENGETAHUAN AKAN DOSA, PERTOBATAN, KEKUDUSAN, PENGHAKIMAN, NERAKA ITU ADA BAGI YANG MELAKUKAN DOSA !
DAN TIDAK HIDUP DALAM KEMUNAFIKAN !
APA YANG TUHAN BERIKAN SECARA GRATIS, MAKA DENGAN GRATIS PULALAH FIRMAN ITU KAMU BERIKAN PADA ORANG LAIN AGAR TERJADI PERTOBATAN SECARA MELUAS !
KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAKUT DAN GENTAR AKAN TUHAN !!!